Holopis Kuntul Baris dan Ekasila

Friday, January 08, 2016 Aku 0 Comments



Holopis kuntul baris!
Holopis kuntul baris merupakan semboyan jadul tahun enam puluhan, maksudnya kira-kira sama dengan peribahasa Jawa yakni Saiyeg saeka praya, yang artinya satu tekad, seia sekata.

Holopis kuntul baris bisa diartikan bekerja dengan gotong-royong, itu adalah slogan penyemangat yang dipakai ketika jaman Bung Karno ketika bergotong-royong. Jadi sambil bergotong-royong, sambil menyayikan slogan itu.

Dengan semangat gotong-royong masalah apapun pasti bisa diselesaikan. Gotong-royong merupakan nilai yang berawal dari kebiasaan saling tolong-menolong, sebagai suatu keharusan yang harus dilakukan manusia ketika terjadi keadaan buruk, tertimpa bencana, atau serba kekurangan. Konsep gotong-royong berawal dari asumsi bahwa manusia itu makhluk sosial, ketergantungan dengan orang lain dan lingkungan hampir dalam semua aspek. Oleh karena itu manusia selalu berikhtiar mempertahankan hubungan baik dengan sesamanya dalam semangat kebersamaan dan persaudaraan.

Asal mulanya ada beberapa versi, yang pertama kalimat ini berasal dari bahasa Belanda. Yaitu, “HELP, IETS ONTILBAARS” (Tolong, ada barang yang tidak terangkat!) yang diteriakkan oleh salah satu awak kapal milik VOC dan seluruh awak saling bantu untuk mengangkat barang yang terlupa tadi.. Konon terjadi pada abad ke-16 atau 17, ketika kapal milik VOC berlabuh di Tuban dan pada saat bongkar muatan awak kapalnya meneriakan kalimat tersebut.

Nah, orang Jawa yang mendengar kalimat itu dan melihat kelakuan para ABK VOC ini memelesetkan kalimat tersebut, karena lidah Jawa yang terkenal kaku hingga menjadi ‘HOLOPIS KUNTUL BARIS’.

Tapi ada versi lain yang menyatakan tentang holopis kuntul baris berasal dari sebuah legenda konglomerat Spanyol bernama Don Lopez Conte de Basis. Suatu ketika konglomerat ini bangkrut hingga tak memiliki harta apapun. Lalu dengan penuh kerendahan hati beliau bekerja sebagai kuli di pelabuhan. Setiap kali mengangkat barang yang berat Don Lopez ini selalu mengajak para kuli yang ada di situ untuk bergotong-royong bersama mengangkat barang tersebut dengan penuh semangat kebersamaan. Legenda inilah yang akhirnya sampai ke tanah Jawa pada masa awal kemerdekaan. Kemudian semangat kerjasama dan gotong-royong dalam legenda itu diadopsi oleh rakyat yang sedang membangun negara ini. Ketika sedang mengerjakan sesuatu yang berat dan butuh kerjasama, maka yang diteriakkan adalah nama konglomerat Spanyol tersebut.

Namun karena lidah inlander, maka hasilnya menjadi "HOLOBIS KUNTUL BARISSSSS!!!"

Yang bener yang mana?
Sudahlah tidak terlalu penting, yang penting semboyan ini berhasil menjadi lambang semangat pada diri banyak orang jawa dari jaman dahulu hingga sekarang.

Ekasila
Bahkan semboyan ini pernah diucapkan oleh Bung Karno dalam pidatonya di depan Dokuritu Zyunbi Tyoosakai pada Tanggal 1 Juni 1945.

Ketika menentukan Weltaschauung* untuk mendirikan Negara Indonesia, Bung Karno mengemukakan Pancasila (lima dasar), ia mengusulkan juga Trisila (tiga dasar) yang merupakan perasan dari Pancasila, kemudian Bung Karno juga mengusulkan Ekasila (satu dasar).

Jadi apabila pada saat itu Pancasila tidak menjadi Weltaschauung Negara Indonesia, mungkin saja Weltaschauung negara kita ini adalah Ekasila.

Apakah itu? Yaitu Gotong-royong.

Ketika mendirikan Negara Indonesia, kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua, bukan satu golongan buat Indonesia, bukan orang kaya buat Indonesia, tapi Indonesia buat Indonesia, semua buat semua!

Ketika itu Bung Karno berpendapat jika ia peras lima menjadi tiga, dan tiga menjadi satu, maka didapatlah satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “Gotong-royong”.

Negara Indonesia yang didirikan haruslah negara gotong-royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong-royong!

“Gotong-royong" adalah paham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan". Kekeluargaan adalah satu paham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, satu karyo, dan satu gawe.

Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-sama! Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama.

Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong-royong!

Prinsip Gotong-royong diatara yang kaya dan yang tidak kaya, antara yang Islam dan yang Kristen, antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa Indonesia.

Inilah, yang diusulkan. Pancasila menjadi Trisila, Trisila menjadi Ekasila.

Tapi sayangnya, sekarang semboyan tersebut sudah sedikit yang tahu dan sudah sedikit pula orang-orang yang mau untuk bergotong-royong. Sekarang banyak orang yang lebih memilih untuk berdiri sendiri, pun ada paling hanya dikalangan RT ataupun di pedesaan.

Kita sebagai orang Indonesia harus tetap solid, saling percaya, saling membantu, dan saling bergotong-royong. Pada tulisan ini Bung Karno mengingatkan kita bahwa sebenarnya nilai dasar Indonesia adalah Gotong-royong.

Holopis kuntul baris! holopis kuntul baris! holopis kuntul baris!


*Weltaschauung=Pandangan hidup, filsafat hidup

Referensi:
"Lahirnya Indonesia" - Pidato Pertama Pancasila Diucapkan Bung Karno di Depan Dokuritu Zyunbi Tyoosakai Tanggal 1 Juni 1945

0 comments:

Related Post