Berani Jujur

Wednesday, November 18, 2015 Aku 0 Comments


Berani Jujur - ijabar.blogspot.com

Frank Outlaw pernah mengungkapkan "Watch your thoughts; they become words. Watch your words; they become actions. Watch your actions; they become habits. Watch your habits; they become character. Watch your character; it becomes your destiny."
 
Ada benarnya nasehat yang ia ungkapkan itu, Hati-hati dengan pemikiranmu, karena pemikiran akan menjadi ucapan. Hati-hati dengan ucapanmu, karena ucapan itu akan menjadi tindakan, Hati-hati dengan tindakanmu, karena tindakan itu akan menjadi kebiasaan, Hati-hati dengan kebiasanmu, karena itu menjadi cerminan karakter, Hati-hati dengan karaktermu, karena menentukan masa depanmu.

Kebiasaan menghalalkan segala cara akan membentuk karakter seseorang. Pertama kali suara hatinya akan menegur, ia merasa tidak nyaman. Namun karena keinginan untuk mendapatkan sesuatu lebih besar dibandingkan hati nuraninya, maka lama kelamaan ia akan terbiasa.

Mulanya bukan hal besar, hanya hal kecil seperti berbohong. Memang manusia tidak akan bisa jujur 100% selama hidupnya. Namun, apa bedanya kita dengan orang yang sering berbohong? Karena kebohongan yang kita diciptakan akan berakibat ketidakadilan pada orang lain.

Berbohong itu bukan hanya berdampak pada diri kita sendiri, tetapi juga pada orang lain. Semua orang tau ini. Berbohong dapat melanggar kepercayaan antar seseorang. Semua manusia saling berinteraksi dalam hidupnya. Namun, interaksi sosial bisa berjalan dengan baik apabila masing-masing pihak bermain dalam tataran yang sama (equal) dalam hal saling percaya.

Jika saling percaya, masing-masing pihak mendapatkan kesejahteraannya, baik fisik, psikis dan sosial. Di sana akan berlaku keadilan. Dengan kata lain, kita mempercayakan kesejahteraan kita pada pihak lainnya. Dan umpan balik dari interaksi itu akan mempengaruhi diri kita. Kalau salah satu pihak berbohong, maka dia melanggar kepercayaan. Mengakibatkan pihak penerima kebohongan itu tidak sejahtera psikisnya, dan mungkin saja menderita ketidakadilan. Itulah sebabnya berbohong itu menyakitkan.

Mengajarkan untuk berani berkata jujur tergantung kondisi diri setiap orang, memang diperlukan pendidikan. Kualitas ini tidak selalu mengedepan dalam tiap situasi. Orang perlu belajar untuk mengenali dirinya, kapan dia rentan untuk bohong dan mengapa. Bila perlu dibantu untuk menyelesaikan 'mengapa'nya itu. Seringkali itulah akar masalahnya. Untuk jujur diperlukan keberanian. Berani untuk bertanggungjawab. Berani untuk menerima resiko dan juga berani tidak populer. Berani pula untuk berbeda dari lingkungannya.

Karena pada dasarnya manusia makhluk sosial, yang tidak ingin tampil beda dan sendirian, memang butuh perjuangan cukup keras untuk menumbuhkan kualitas berani jujur ini. Maka, mulailah dari diri sendiri, lalu keluarga dan akhirnya masyarakat

Saya akan menutup post ini dengan janji Allah dalam surat Al-Ahzab:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab, 33: 70-71).
Begitu. Awalnya dari pikiran kita, pikiran yang mempengaruhi ucapan. Cara menjaganya adalah dengan hati kita
.

0 comments:

Related Post