Ikhtilaful Juhala terjadi ketika yang ditanya ngga lebih pinter dari yang nanya, dan yang nanya entah ingin tau jawabannya atau hanya sekedar ngetes saja.
Perbedaan itu pasti ada, tetapi tidak perlu dibesar-besarkan hingga menimbulkan konflik dan perpecahan. Cukup pegang apa yang diyakini dan laksanakan.
Begitu banyak perdebatan yang terjadi di lingkungan saya, entah dalam lingkungan kampus maupun di media sosial, hingga yang paling sensitif pun jadi bahan perdebatan, yaitu masalah Keyakinan.
Jika ingin benar-benat melakukan debat, lakukan Debat Terbuka di hadapan publik, dan lakukan ketika ilmu kamu sudah cukup dan juga mempunyai referensi yang akurat. Berkoar sana sini hasilnya cuma saling menghujat saja. Itu bukan dakwah sebenarnya yang Islam ajarkan. Yang pasti dapat menambah dosa kita.
Sampaikan segala sesuatu dengan baik dan benar bukan dengan cara berdebat yang ga ada aturannya. Sampaikan Ilmu Islam itu dengan cara yang baik dan benar, sehingga orang-orang akan mengetahui bagaimana Islam itu sebenarnya. Jikalau kita belum memiliki Ilmu dan belum mampu untuk berdialog dengan baik dan benar maka lebih baik tinggalkan saja perdebatannya.
Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam bersabda: "Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bersifat gurau, Dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik." (Sunan Abu Daud 4167)
Tugas kita sebagai muslim menyampaikan saja, Kalau mereka tidak mau menerimanya, maka selesai sudah tanggungjawab kita. Karena kita juga tidak berhak untuk melakukan pemaksaan untuk mengubah pandangan sebelumnya. Kita hanya menyampaikan. Dan Allah sebagai pemberi keputusan.
Tinggalkan debat sekalipun kita berada di atas kebenaran. Dakwah terbaik itu ketika kita mampu memberi contoh yang baik dan diikuti oleh orang lain.
Rasulullah bersabda: “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat.” Setiap muslim memiliki kewajiban dalam berdakwah. Setidaknya untuk diri sendiri. Dakwah itu dimulai dari cara berpakaian kita, cara berjalan kita, cara berdialog kita,cara bergaul kita dan intinya dimulai dari kehidupan pribadi kita sendiri.
“Ambillah nasihat baik dari orang yang mengucapkannya meskipun ia tidak mengamalkannya”.
Jangan pernah melihat orang yang menyampaikan tapi lihatlah apa yang disampaikannya.
Ikuti jika baik. Tinggalkan jika tidak baik.
Kita dapat belajar dari siapapun.
Kita dapat belajar dari situasi dan kondisi manapun.